ANGAN



Cinangneng,   13 Agustus 2010
                     3 Ramadhan 1431 H

Cerita ini berawal dari beberapa orang dengan jumlah 5 orang dengan komposisi 4 orang laki-laki dan 1 orang perempuan. Kelima orang tersebut bertemu di kantin kampus pada saat jam makan siang. Dahlan, amin, pane, tini dan karno digambarkan sebagai orang yang ‘kritis’ terhadap kampusnya [negara] yang sudah tidak demokratis. Mereka bersama2 makan siang di meja yang sama dan masing-masing berbincang soal kondisi kampus[negara]nya. Sampai masing-masing bersatu dalam ‘angan’ DEMONSTRASI yang hanya terdiri dari 5 orang tersebut dengan tuntutan:

1)  Turunkan rektor [pimpinan] karena dianggap sudah tidak mampu memegang amanah dengan kasus korupsi besar2n.
2)  Turunkan ongkos [harga] kuliah demi keberlanjutan masa depan bangsa
3)  Rombak kabinet senat [negara] kampus

Dan setelah itu terbayang masa depan setelah mereka berdemo. Ada yang dikeluarkan dari kampusnya. Ada yang lulus dengan predikat sarjana. Ada yang tak mampu melanjutkan kuliahnya. Ada yang menjadi pengurus senat kampus. Ada juga yang menjadi aktifis mahasiswa yang terus ‘kritis’ akan kebijakan2 kampus.

Tiba-tiba ada orang datang di tengah lamunan mereka dan menggebrak meja makan mereka. Brakk!! Dan mereka terhenti dalam lamunan dan tersadar kalau mereka itu anak kecil yang sedang jajan makan bubur dan tertegun karena melihat wajah gelisah seorang penarik becak yang terlihat ‘kelaparan’.



11 komentar:

  1. jadi cerita nya mereka sbnernya anak kecil yg berangan2 suatu saat akn mnjadi mahasiswa yg mmperjuangkan masa dpan ny y?

    *maaf klo salah.rada awam nii bang* hehe

    BalasHapus
  2. 1. Menunjukkan segenap mahasiswa ada yang masih idealis
    2. Namun mereka masih menangkap idealisme pd hal-hal yang besar saja, sedangkan hal-hal "kecil" di sekelilingnya yang terdekat malah luput tuk diperjuangkan.

    Bravo tuk Adha!

    BalasHapus
  3. saik suatu kehormatan buat saya dapat berbagi cerita disini
    ajib saeful adha orang yg patut di perhitungkan di dalam dunia SENI

    BalasHapus
  4. he he he emang keren khayalan pak sutradara mah, anak sekecil itu bisa berpikir jauh kedepan.
    mabruuk ya akh!!!!

    BalasHapus
  5. sewaktu kecil saja mereka sudah berangan2 untuk mengkritik kampus yang sewenang2 ke mahasiswanya...
    apa lagi mereka sudah besar nanti mereka akan mengkritik negara bahkan dunia sekalipun...

    BalasHapus
  6. angan-angan...mmmmm seru juga kritikus yg handal udah di siapin dr dini...
    tp aneh y pul ...ko dlm lamunan saja mereka bisa masuk ke kampus yg g beres!!!!
    padahal kl masuknya ke kampus yg rapi[soppan ka annahum bun yanun marsus] kan g perlu capek2 nonjolin idealis nya segala....
    heheheh....bcnda...
    bagus bangets ceruta nya.lanjutkan

    BalasHapus
  7. ada yg gebrak? kalo angannya anak kecil ga mungkin nympe kesitu. Kecuali anak kecil itu membayangkan kejadian film pane, karno, dkk lalu angan mereka menyatu dgn angan tokoh film, tp masih ga mungkin jg,, sprtinya ... to be continue

    BalasHapus
  8. angan yang siap menjadi nyata pada stage berikutnya...

    BalasHapus
  9. ceritanya menarik, dan mengejutkan...
    tapi nama pemain kurang bang,, apa ada opsi lain untuk nama pemain?

    BalasHapus
  10. ini hal yg pernah gw komentarin tentang sekolah gw bank, sekolah/kampus adalah contoh sebuah negara, klo d tanya banyak yg g suka akan kkn yg terjadi,tetapi tetap saja itu semua hanya menjadi buah bibir yg menjadi angan-angan, permainan orang atas terlalu beresiko/kita memang tidak punya nyali
    justru yg salah 5 mahasiswa itu bank, karena mereka tidak berani mengambil tindakan ( maaf bank jadi ngelantur g jelas hehehe )

    BalasHapus
  11. ooh ini lamunan ka? mereka anak kecil yg lagi makan bubur ya, oooh bagus ka :)

    BalasHapus